Jika tidak diatasi, para penderita overthinking bisa mengalami stres berat hingga depresi.


Semenjak kesehatan mental terus menjadi concern di kalangan masyarakat, semakin banyak pula masyarakat yang menyadari bahwa ternyata, apa yang selama ini ia alami adalah salah satu bentuk gangguan mental. Salah satunya adalah overthinking atau pola pikir yang berlebihan.


Pada kasus kecil misalnya, kamu tidak mau anakmu diasuh oleh mertua karena takut nantinya anakmu memiliki sikap yang tidak baik atau tidak seperti apa yang kamu harapkan. Padahal hal tersebut bisa jadi hanya ketakutanmu saja. Alias hanya ada di dalam kepalamu.


Di kehidupan nyata, bisa jadi pola asuh yang dilakukan mertuamu justru baik untuk tumbuh kembang anakmu. Nah, pemikiran-pemikiran berlebihan semacam ini, jika tidak dihilangkan akan merembet pada jenis gangguan pikiran lainnya. Misalnya anxiety atau gangguan kecemasan.


Namun sebetulnya, apa definisi overthinking menurut ahli? Melansir dari houstonmethodist.org, dokter J. Christopher Fowler selaku Direktur Kesehatan Profesional dari Houston Methodist mengatakan, bahwa overthinking adalah kondisi di mana seseorang memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang sebetulnya belum tentu terjadi.


Kondisi ini sangat berbeda dengan problem solving. Di mana kamu, menghadapi suatu masalah dan terpaksa memikirkan masalah tersebut, guna mencari jalan keluarnya. Sayangnya, kondisi overthinking ini sayangnya jarang disadari oleh banyak masyarakat.


Kebanyakan dari mereka biasanya berdalih bahwa alasan mengapa mereka punya pemikiran seperti itu adalah guna menyiapkan diri jika sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup mereka. Well, tidak ada salahnya sih kalau kita mempersiapkan diri untuk worse case scenario.


Tetapi untuk beberapa alasan, kadang berpegang pada konsep YOLO alias you only live once, penting juga untuk dilakukan. Nah, jika saat ini sepertinya kamu mulai menyadari sedang menderita overthinking, coba pastikan lagi dengan menengok beberapa ciri overthinking di bawah ini:


  • Selalu memikirkan masa lalu yang tidak penting diingat

  • Keputusan menebak-nebak yang dibuat sendiri

  • Sangat takut mengulang kesalahan yang sama

  • Mengulangi percakapan yang menantang atau tidak nyaman

  • Memfokuskan pada hal-hal yang tidak dapat kamu kendalikan, ubah, atau tingkatkan

  • Membayangkan skenario atau hasil terburuk yang akan dihadapi

  • Mengikuti kekhawatiran diri sendiri dari saat ini dan ke masa lalu yang tidak dapat diubah atau masa depan yang tidak terduga

  • Melakukan daftar perencanaan ketika mencoba tertidur

  • Mempertanyakan tetapi tidak pernah membuat keputusan atau mengambil tindakan

(BACA JUGA: Affluenza Adalah Gangguan Mental, Benar atau Salah?)


Setelah mengetahui tanda-tandanya, muncul sebuah pertanyaan baru: apakah overthinking ini berpengaruh besar bagi hidupmu? Jawabannya adalah sangat! Tanpa kamu sadari, sikap overthinking mampu menguras energimu hingga mencegahmu untuk membuat keputusan penting.


"Penelitian menunjukkan bahwa merenungkan peristiwa yang membuat stres, lama-lama bisa menyebabkan kecemasan dan depresi. Dari sudut pandang kesehatan mental, kecemasan dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatasi stres sehari-hari, sehingga bisa menyebabkan depresi karena merasa kesedihan dan kesepian yang berlarut-larut," ungkap dokter Fowler.


Karena itu, dokter Fowler memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan oleh para penderita overthinking, untuk mengatasi masalah tersebut:


  • Jangan memusingkan hal-hal kecil. Pertimbangkan prioritas yang benar-benar kamu butuhkan. Dengan begitu, kamu akan terhindar dari perasaan curiga yang berlebihan.

  • Kombinasikan pemikiran kritis dengan naluri. Jika kamu merasa harus mengambil keputusan besar, buat pertanyaan pada diri kamu sendiri, lakukan riset, dan kumpulkan faktanya, tetapi jangan takut untuk memercayai naluri dengan pemikiran yang logis karena hal ini sangat membantu keputusan akhir yang akan dibuat.

  • Tetapkan tenggat waktu keputusan dan/atau istirahatlah. Kamu harus membuat target untuk membuat keputusan akhir. Jika tidak, kamu secara otomatis akan tenggelam dalam pemikiranmu yang berlebihan.

    Semakin penting suatu keputusan, semakin lama waktu yang dibutuhkan. Jika begitu, istirahat sejenak dan lanjutkan kembali dengan pikiran yang lebih fresh. Kamu bisa mulai dengan menonton hiburan lucu, olahraga ringan, atau memesan makanan yang disukai.

  • Ambil tindakan pada hal-hal yang dapat kamu kendalikan dan lepaskan hal-hal yang tidak bisa kamu kendalikan. Salah satu contoh yang ditunjukkan oleh dokter Fowler adalah temperamen umum manusia yang ditentukan secara genetik.



(Foto: freepik.com/cookie_studio)


(Khotimatul Husna/Andiasti Ajani, foto: freepik.com/wayhomestudio)